31 Jan 2013

Keramaian Pemilu KM ITS

Kabinet Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) ITS Transformation memberi jalan bagi kepemimpinan baru setelah satu tahun. Pesta demokrasi Pemilihan Umum (Pemilu) hadir kembali di ITS. Para calon presiden BEM ITS berikutnya telah ditetapkan, begitu pula dengan para calon anggota Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) berikutnya.



Kampus ITS, ITS Online - Sebenarnya, adanya tiga orang calon yang mewarnai Pemilu ITS patut dijadikan hal yang menarik. Sebab, hal itu menjadi bukti bahwa semangat mahasiswa ITS untuk memimpin serta memperbaharui lebih besar. Namun, ternyata Keluarga Mahasiswa (KM) ITS tidak sependapat dengan pembawaan hal baru tersebut. Sesuatu yang baru, justru seolah tidak banyak tanggapan. Sehingga, marilah kita tengok sejenak, bagaimana sebenarnya Pemilu ITS dijalankan kali ini? Apakah benar ada yang baru?

Menurut Restu Abdul Wakhid, Juru Bicara Komisi Pemilihan Umum (KPU) ITS 2012, secara teknis pelaksanaan Pemilu tidak ada yang berubah. Sebab, Pemilu yang diselenggarakan oleh KM ITS memang berdasarkan pada undang-undang yang ada. Sehingga memang telah ditentukan sejak beberapa tahun yang lalu.

Yang berbeda, lanjutnya, hanyalah calonnya yang terdiri dari lebih banyak mahasiswa, baik calon presiden BEM maupun DPM. Yakni, dengan jumlah masing-masing tiga dan 21 orang. Hal itu membuat Pemilu kali ini lebih berwarna.

Lebih berwarna ini tidak hanya berpengaruh pada para mahasiswa yang mendukung calon tersebut, namun juga dalam tubuh internal KPU dan Panitia Pemilihan Umum (PPU) sendiri. Dengan lebih banyak calon, maka tantangannya akan semakin besar. Apalagi dengan fakta bahwa jumlah KPU hanya 11 orang. Tak ayal, hal tersebut membuat KPU kewalahan dalam mengkoordinir semuanya dalam waktu yang dituntut singkat.

Sementara itu, Pemilu presiden BEM kali ini tampak dekat dengan beberapa isu. Misalnya saja, terkait pemikiran yang berbeda dari setiap calon pemimpin. Ada pula isu mengenai dua calon yang berasal dari jurusan yang sama.

Menanggapi hal tersebut, mahasiswa Jurusan Teknik Elektro ini mengatakan bahwa bagaimanapun isu yang beredar di khalayak mahasiswa, KPU tetap netral. Ia menegaskan bahwa KPU menganggap adanya tiga calon tersebut membawa model kepemimpinan dan ide yang berbeda-beda untuk KM ITS. Apalagi memang pada dasarnya basic dari tiga orang calon tersebut memang benar-benar berbeda.

Tak ayal, mahasiswa angkatan 2009 ini berani menyebut bahwa Pemilu kali ini lebih ramai jika dibandingkan dengan tahun kemarin. Sebab, basic massa dari tiga orang capres BEM tersebut sangat berbeda. Sehingga pendukung para calon tersebut tidak terpusat pada lingkup jurusannya. Ia juga mengakui, dalam pewacanaan, Pemilu kali ini disinyalir lebih baik ketimbang tahun lalu. Lantaran lebih banyak umbul-umbul dan poster yang dipasang di seantero kampus ITS.

Dari segi kampanye, tampaknya Pemilu kali ini dapat dinilai kurang fenomenal. Seperti yang diungkapkan oleh Ir Indrajaya Gerianto MSc dalam gelaran diskusi panel sekaligus kampanye terakhir capres BEM. Ia menyayangkan dari 17.000 mahasiswa ITS yang ada di kampus saat ini tidak sampai sepertiganya ada di tempat kampanye untuk menyaksikan calon pemimpin tertingginya berorasi. 

Menurutnya, itu tanda bahwa mahasiswa mulai merasa tidak memiliki organisasinya sendiri, yakni BEM ITS. Akankah hal tersebut berpengaruh pada jumlah partisipan pencoblos yang ikut?

Tahun lalu, pemilih yang sah hanya 47 persen. Padahal Pemilu tersebut melibatkan mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) dan Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS) sebelum angkatan 2010. Berbicara tentang target KPU terkait jumlah pencoblos, Restu tidak berani muluk-muluk. Ia mengaku, awalnya target yang ia tetapkan adalah 60 persen. Namun, dengan keadaan yang kini sedang bergulir, ia hanya berharap prosentase tersebut tidak turun. Minimal bisa naik menjadi 48 persen.

Di sisi lain, tuntutan adanya kecurangan pun tampaknya akan terjadi lagi. Senin (3/11), pada saat hari pertama digelarnya Pemilu, terdapat SMS gelap yang beredar di kalangan mahasiswa untuk mendukung salah satu calon. Tentu saja, permasalahan yang akan muncul sepatutnya disikapi oleh KPU dengan bijaksana.

Tidak Mulai dari Kilometer Nol
Berbicara tentang keadaan BEM ITS saat ini, Presiden BEM ITS, Imron Gozali mengatakan BEM ITS saat ini sudah memulai rintisan transformasi KM ITS. Yakni, meliputi mindset, struktural, dan kultural ormawa KM ITS nantinya diarahkan kepada kontribusi eksternal, bukan hanya memenuhi kepuasan internal. BEM ITS kali ini mendesain kepengurusan yang singkat berkualitas meskipun pada akhirnya karena kondisi KM ITS memaksa kabinet Transformation masih berjuang di masa perpanjangan.

Tidak hanya itu, kepengurusan selanjutnya juga ditinggali sebuah amanah berupa rintisan transformasi itu sendiri. Masing-masing bidang yang ada dalam Kabinet Transformation sudah melakukan evaluasi dan rencana strategis ke depan melalui rapat kerja (raker) ormawa. Hasil-hasil raker ormawa tersebut, menurut Imron, perlu dikawal jika KM ITS mau berubah.

Ia pun berharap kepengurusan selanjutnya benar-benar akan menormalkan periode kepengurusan agar KM ITS bisa stabil kembali. Tidak hanya itu, presiden BEM ITS selanjutnya harus bisa menyesuaikan dengan kondisi KM ITS yang sudah running. Yang menurut Imron, persis dengan masa awal kepengurusannya terdahulu.

Harapannya, apa yang sudah dibangun silahkan untuk dilanjutkan. Bukan memulai lagi dari kilometer nol. Pun jika ada inovasi, maka ia ingin inovasi tersebut disesuaikan dengan kebutuhan, bukan asal inovasi saja tapi dilakukan sesuka hatinya. Mari memilih pemimpin kita dengan cerdas, tanpa menjadi Golongan Putih! VIVAT!

0 komentar:

Posting Komentar

 





Mode Views: